Kars adalah bentang alam di permukaan dan perut bumi, yang secara khas berkembang pada batu gamping dan dolomit sebagai akibat proses pelarutan dan peresapan air. Di Indonesia, potensi kars terdapat di pulau-pulau seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, NTB, Timor, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Di Pulau Jawa, sebaran kawasan kars terdapat di Rembang, Bojonegoro, Pangandaran, Tulungagung, Blitar, Surabaya, Kangean, Balekambang, Bawean, Mojokerto, Pacitan, Wonogiri, Wonosari, Purwokerto, Tegal, Cianjur, Bogor, Salatiga, Surakarta, Besuki, Tuban, Sumenep, Pamekasan, Banyuwangi, Ponorogo, Jember, Yogyakarta, Subang, Bandung, dan Karawang.
Hampir semua daerah di Indonesia yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukan-bentukan yang khas di setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar pengelompokan kawasan kars di Indonesia, yang antara lain adalah :
a. Tipe Gunung Sewu
Tipe bentang alam kars ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut (konical) dan kubah yang jumlahnya puluhan ribu. Selain itu di dapati adanya lembah dolina dan polje diantara bukit-bukit tersebut. Di dalam dolina didapati adanya terrarosa yang menahan air sehingga tidak bocor ke dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan pertanian. Sungai-sungai yang mengalir masuk kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua (through caves) maupun dari sink yang ada. Sungai-sungai yang mengair di bawah tanah akan bergabung membentuk sistem besar yang berbentuk subrectanguler dendritik untuk kemudian meluah sebagai mata air pantai. Arah aliran sungai umumnya dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari Jawa Timur hingga Yogyakarta.
b . Tipe Gombong
Bentang alam kars tipe gombong merupakan bongkah batugamping yang menumpang di atas lapisan batuan non-karbonat kedap air yang dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di daerah selatan Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada umumnya dibatasi oleh lereng yang terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti bintang. Karena batugamping berada di atas lapisan batuan yang kedap air maka batas antara keduanya menjadi tempat keluarnya mata air.
c. Tipe Maros
Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/magote). Pembentukan bentan alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar) yang arahnya berkedudukan tegak atau hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200 meter, berlereng terjal dan datar pada bagian puncaknya. Diantara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah sempit, berdasar rata, berbentuk memanjang. Bentukan yang khas ini dijumpai di daerah Maros, Sulawesi Selatan.
d. Tipe Wawolesea
Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan air asin dan di beberapa tempat terdapat jem batan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh kontrol hidrologi air panas sehingga terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit yang membentuk undak travertin yang beraneka ragam serta jarang dijumpai di tempat lain. Sifat asin dipengaruhi oleh air laut, pada saat pasang mendesak kedarat melalui sistem darat yang ada.
e. Tipe Semau
Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur muda (Kala Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa rucutan (sink) dan lorong-lorong gua yang pendek yang bersatu membentuk sistem tertentu karena proses karstifikasi yang berlangsung belum lama.. Proses tektonik yang aktif mempercepat proses pelarutan dan mengakibatkan kawasan kars bertahap mengalami pengangkatan.Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat mencapai tebal 25-100 meter dan mengalami pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe Semau dijumpai pada P. Semau sebelah barat Kupang, NTT.
f. Tipe Nusa Penida
Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah selatan P. Bali memiliki kawasan karst yang tersusun atas batugamping klastik dan non klastik. Pada lapisan batugamping klastik yang umumnya berlapis, terdapat sisipan batuan gampingan berukuran halus dan kedap air. Adanya perulangan jenis batuan menyebakan terjadi keluaran air tanah yang bertingkat. Bentang alam dolina dan bukit kerucut tidak berkembang dengan baik. Gua-gua juga tidak berkembang dengan baik.
g. Tipe Irian
Masih banyak yang penulis belum diketahui mengenai tipe kars di Irian. Namun berdasar informasi yang ada tipe kars di Irian dicirikan oleh adanya gua-gua yang panjang. Kars disusun oleh batugamping klastik dan bioklastik, sebagian bahkan telah terubah menjadi metasedimen akibat kontak dengan intrusi batuan beku.
Kawasan kars di Indonesia ditetapkan sebagai cagar alam warisan dunia (world heritage site), karena potensinya --sebagaimana terdapat di Gunung Sewu-- merupakan kesatuan ekosistem biofisik dengan geomorfologi yang sangat unik, dan tidak ada duanya di dunia. Sebagai aset nasional, kawasan kars memiliki paling tidak tiga manfaat. Manfaatnya yaitu :
Pertama, sebagai ekologi bernilai ilmiah, yang berkaitan dengan ilmu kebumian, litologi, struktur geologi dan mineral, situs-situs fosil, arkeologi dan plaeontologi, serta tempat berlindung flora dan fauna endemis.
Kedua, punya nilai sosial budaya, yang mencakup aspek spiritual keagamaan; terutama menyangkut keberadaan gua sebagai tempat keramat untuk kepentingan ritual, bernilai estetika, rekreasi, pendidikan, lahan jelajah petulangan speologi menyusuri gua dan perut bumi, serta pemanjatan tebing.
Ketiga, punya nilai ekonomi yang tinggi, karena menjadi sumber air sungai bawah tanah, pertambangan batu kapur dan bahan semen, kehutanan, pertanian, serta pariwisata.
Karena sebagai aset nasional, maka perlu adanya sikap konsisten terhadap pemanfaatan kars. Tujuannya, agar kelak tidak muncul kekecewaan akibat kehilangan karena telanjur dieksploitasi dari aspek penambangan batuan mineralnya.
Monday, November 17, 2008
Kars Di Indonesia
Label: geomorfologi
Diposkan oleh koko di 2:38 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment